Salah satu sunnah fitrah adalah khitan, sebuah tuntunan syariat yang mulia, mengandung dorongan dan ajakan kepada kebersihan, mencegah timbulnya beberapa penyakit dan memberi kenikmatan kepada pasangan suami istri. Khitan bagi laki-laki adalah memotong kulit yang menutup ujung penis, sementara khitan bagi wanita adalah mengambil sedikit daging di ujung klitoris.
Dari Abu Hurairah rodhiyallohu’anhu, ia berkata: “Aku mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wassalam bersabda: Fitrah itu ada lima, yaitu : khitan, mencukur bulu kemaluan, memotong kumis, memotong kuku dan mencabut bulu ketiak.” [HR. Bukhari]
Khitan atau sunatan merupakan tuntunan Nabiyullah Ibrahim AS. Beliau berkhitan pada usia delapan puluh tahun (HR. Al-Bukhari dan Muslim). Sementara, Alloh memerintahkan kita agar mengikuti millah Ibrahim dalam firmanNya: “Maka ikutilah agama Ibrahim yang lurus.”(Ali Imran: 95). Dengan berkhitan berarti kita meneladani Nabi Ibrahim AS.
Khitan atau sunat merupakan operasi kecil yang bertujuan membuka kulup, sehingga kepala penis berada dalam keadaan terbuka. Sebenarnya untuk melakukan sunatan tidak ada batasan umur, namun lebih baik dilakukan ketika dini. Hal itu dianjurkan untuk mencegah penumpukan zat lengket yang berwarna putih yang sering berbau tidak sedap akibat bercampur bakteri dan sisa-sisa urin.
Dari sisi kesehatan, khitan atau circumcision telah diketahui banyak memberi manfaat, khususnya untuk menjaga kebersihan organ penis. Secara psikologis, sebaiknya khitan dilakukan saat anak sudah berani sehingga trauma psikis lebih minimal. Beberapa manfaat khitan untuk kesehatan ialah sebagai berikut:
1. Dapat mencegah infeksi
Adanya kulup membuat suhu di bawah kulup hangat dan menjadi lahan yang nyaman bagi kuman ataupun virus untuk tumbuh dan berkembang di dalamnya. Dalam Jurnal Pediatric terbitan November 2006 khitan ternyata bisa mengurangi resiko tertular dan menyebarkan infeksi penyakit menular sampai sekitar 50%. Untuk mencegah infeksi, para gynecolog di Amerika Serikat mengkhitan setiap bayi laki–laki yang lahir di rumah sakit. Tahun 1980-an di laporkan bahwa anak yang tidak dikhitan memiliki resiko menderita infeksi saluran air kencing 10 – 20 kali lebih tinggi.
2. Mengurangi cedera saat berhubungan suami-istri
Hasil penelitian terbaru seputar khitan atau sunat belum lama ini diumumkan di pertemuan ilmiah tahunan ke-104 Ikatan Urologi Amerika (American Urological Association, AUA). Dua temuan penting menjadi bahan sorotan dalam acara itu. Salah satunya, khitan dapat mengurangi bahaya cedera saat persenggamaan.
Pada penelitian berikutnya, para peneliti gabungan asal AS, Kanada dan Kenya menunjukkan bahwa tidak ditemukan perbedaan fungsi seksual antara mereka yang dikhitan dan yang tidak dikhitan. Justru mereka yang bagian ujung kulit kemaluannya dibuang menghadapi bahaya lebih rendah terkena cedera saat berhubungan badan dibandingkan mereka yang tidak dikhitan. Cedera ini meliputi pendarahan, tergores, teriris, lecet atau rasa pedih.
3. Dapat mencegah kanker
Sebuah majalah medis terkenal di Inggris, BMG, pernah menurunkan makalah tentang kanker kelamin dan penyebab-penyebabnya pada tahun 1986. Diantara keterangannya adalah, “Sesungguhnya kanker kelamin sangat kecil sekali terjadi di kalangan yahudi dan negeri-negeri muslim, sebab mereka ini melakukan khitan semenjak usia anak-anak. Dan data statistik medis menunjukkan bahwa kanker kemaluan yang terjadi pada kalangan yahudi tidak terjadi kecuali hanya terhadap 9 penderita saja dalam setahun.“
Proses terjadinya kanker kelamin adalah ketika kemaluan tidak dikhitan, maka kulup yang ada di bagian depan kemaluan tersebut selalu menyisakan air kencing yang keluar. Air kencing tersebut membawa endapan kotoran yang dalam waktu yang lama akan menutupi bagian saluran air kencing. Kotoran ini disebut smegma yang bersifat karsinogen atau dapat memicu timbulnya kanker baik pada penis maupun leher rahim pasangan. Smegma ini sulit di bersihkan apabila tanpa dikhitan. Dengan dikhitan, kemungkinan mengendapnya sisa-sisa air kencing tidak ada lagi karena selalu dibersihkan setiap kali kencing.
Konsumsi Protein Setelah Khitan
Ada satu mitos yang mengatakan, bahwa ketika selesai disunat lebih baik jangan makan ikan atau makan makanan yang mengandung protein tinggi. Mitos yang patut dipertanyakan karena nyatanya protein memiliki peranan penting dalam proses penyembuhan luka. Apabila anak selesai disunat kemudian orangtua menghindarkan anak makan yang mengandung protein, maka proses penyembuhan luka akan semakin lama. Padahal manfaat protein ialah membentuk jaringan, pengganti sel yang rusak, dan berperan sebagai struktural yang membangun tubuh.
Kemungkinan awal beredarnya mitos tersebut dikarenakan adanya anak yang selesai disunat memiliki alergi terhadap makanan yang mengandung protein yang mengakibatkan anak merasa gatal di daerah luka.
Mengingat pentingnya protein dalam proses penyembuhan luka dan pembentukan jaringan, secara tradisional teripang emas telah digunakan secara turun temurun untuk pengobatan luka khitan. Biasanya, air teripang atau gamat emas ini diminumkan kepada anak laki-laki sehabis khitan untuk menghentikan pendarahan dan mempercepat proses penyembuhan luka khitan.
Teripang emas dalam produk Gamalife mengandung protein yang tinggi (>80%), kolagen, asam amino, dan antiseptic alamiah. Kandungan asam amino gamat lebih tinggi dari asam amino yang terdapat pada ikan laut, ayam dan telur. Asam amino ini berperan penting dalam membentuk sel-sel baru dan memperbaiki jaringan.
Selain untuk penyembuhan luka khitan, Gamalife dapat dikonsumsi juga oleh ibu-ibu selepas melahirkan atau sehabis operasi caesar untuk mempercepat proses penyembuhan lukanya.
-dari berbagai sumber-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar