Sejarah Penggunaan Tanaman Obat

Saat manusia pertama kali ada di muka bumi ini, perhatian pertama mereka tertuju pada cara bagaimana untuk bertahan hidup. Sudah barang tentu yang menjadi kebutuhan pertama ialah bagaimana cara mendapatkan makanan. Hal tersebut yang membuat manusia melihat sekitar lingkungan mereka, apa jenis tanaman atau hewan yang dapat dimakan. Tanaman lebih mudah untuk didapatkan dan lebih banyak teredia di alam. Selanjutnya, tanaman tidak hanya digunakan sebagai makanan, tetapi juga digunakan untuk obat. Sejak saat itulah, ilmu dalam memanfaatkan berbagai jenis tanaman untuk obat pun dikembangkan.


Tanaman obat ialah jenis tanaman yang berkhasiat sebagai penyembuh, dapat digunakan sebagai obat, dan secara empiris terbukti efektifitasnya. Secara naluriah, manusia akan berusaha untuk memelihara kesehatan dan mengobati penyakitnya. Usaha itu tentu menghasilkan temuan-temuan yang kemudian diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi menjadi suatu sistem kesehatan dan pengobatan yang baku.  Hal ini telah terjadi selama berabad-abad, sejak masa sejarah sampai masa sejarah. Dalam hal ini, sebagai mahluk-Nya, kita perlu menyadari bahwa Allah SWT telah menciptakan tanaman obat untuk kesejahteraan manusia. Dengan keyakinan inilah, kita mempelajari pengunaan tanaman obat ciptaan Tuhan ini sebagai penyembuh dan pemelihara kesehatan kita.

Dalam sejarahnya, penggunaan tanaman sebagai obat-obatan telah berlangsung sejak ribuan tahun yang lalu. Pada 2500 tahun SM., para ahli kesehatan bangsa Mesir kuno telah menggunakan tanaman obat. Banyak resep penggunaan produk tanaman untuk pengobatan berbagai penyakit, gejala-gejala penyakit dan diagnosanya tercantum dalam Papyrus Ehers.

Selain bangsa Mesir kuno, bangsa Yunani kuno juga banyak mendokumentasikan penggunaan tanaman obat.  Salah satunya Hyppocrates  pada 466 tahun sebelum masehi, Theophrastus pada 372 tahun sebelum masehi, dan Pedanios Dioscorides pada sekitaran 100 tahun sebelum masehi. Mereka membuat kumpulan keterangan mengenai ribuan tanaman obat secara detai di dalam De Materia Medica.


Pemanfaatan tanaman sebagai obat-obatan juga terjadi di Indonesia sejak ribuan tahun yang lalu. Dahulu, nenek moyang kita menggunakan tanaman untuk obat. Sejarah penggunaan tanaman obat pada 772 M  tercatat dalam dokumen tertua, yaitu diukir obat di Candi Borobudur. Hal yang sama juga ditemukan di Candi Prambanan, Candi Panataran, dan Candi Tegalwangi.

Dalam rentang waktu tahun 991-1016 M, perumusan obat dan pengekstrakan obat dari tanaman, ditulis pada helai-helai daun kelapa. Di Bali, ini disebut sebagai Lontar Usada. Sedangkan di Sulawesi Selatan, terdapat pula tulisan-tulisan ramuan yang disebut Lontarak Pabbura.

Namun secara pencatatan, pengunaan tanaman obat ini belum terdokumentasi dengan baik. Baru pada pertengahan abad ke-17, seorang ahli tanaman bernama Jacobus Rontius (1592 – 1631) mempublikasikan khasiat tanaman obat dalam bukunya De Indiae Untriusquere Naturali et Medica. Walaupun hanya terdapat 60 jenis tanaman obat yang diteliti, namun buku ini menjadi landasan dari penelitian tanaman obat yang dilakukan oleh N.A. van Rheede tot Draakestein (1637 – 1691) dalam bukunya Hortus Indicus Malabaricus. Kemudian, pada tahun 1888 di Bogor didirikan Chemis Pharmacologisch Laboratorium sebagai bagian dari Kebun Raya Bogor dengan tujuan meneliti bahan-bahan atau zat-zat yang terkandung di dalam tanaman yang dapat digunakan untuk obat-obatan. Selanjutnya penelitian dan publikasi mengenai khasiat tanaman obat pun semakin berkembang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar